Entri Populer

Sunday, 15 January 2017

Berbeda dalam beragama

Apa rasanya jika seluruh isi dunia ini semuanya sama? 
Jenis kelamin sama, bentuk wajah sama, pakaian yang sama, kendaraan yang sama, hobi yang sama, suku yang sama, pokoknya semuanya sama. Kira-kira enak ga yah? 
Ah, sepertinya ga enak. Dan saya tidak akan mau menjadi penghuni komunitas seperti itu. 

Disitulah ke Maha-an Tuhan. Dia mampu menciptakan manusia berbeda satu sama lain (jenis kelamin sih cuma 2. Jadi ga ada 'grey area' aka bencong ☺). Wajah yang berbeda (even itu kembar sekalipun, pasti ada bedanya), isi otak yang berbeda, tingkat kecerdasan yang berbeda, suku yang berbeda, pokoknya semuanya berbeda. Seru bukan? Buangeeett!! Saya tentu menjadi salah satu penghuni komunitas yang seperti ini. 
Sangkin Maha nya Tuhan, Dia juga mengizinkan manusia untuk menyembahnya dengan cara yang berbeda-beda (dan kita menyebutnya dengan AGAMA). Tapi justru karena perbedaan agama itulah manusia sering berselisih. Sering bertengkar, berperang dan bermusuhan. 
Sebenarnya kenapa sih Tuhan membiarkan manusia itu menyembahNya dengan cara yang berbeda jika akhirnya harus saling bermusuhan? Nah loh, berat banget pertanyaan gue! 😝😝 
Jujur, saya tidak tahu bagaimana cara menjawabnya. Tapi satu yang saya yakini, dibalik semua itu Tuhan tidak pernah merancangkan hal yang jahat atau buruk pada kita. Kita aja yang terlalu berkutat dengan ego masing-masing, sehingga sering mempersalahkan agama orang lain. 

Saya meyakini agama kristen sejak saya dalam kandungan ibu saya. Dan sampai detik ini, saya kristen. Pengikut Kristus. Itu yang saya imani, dan menurut saya itu yang paling benar. Lalu, apakah dengan begitu agama lain menurut saya salah? Tentu engga dong. Kenapa? Lah, gimana saya mau bilang agama lain benar atau salah, kalau saya tidak mempelajarinya? Kalu saya tidak mengimaninya? 

Saya heran dengan cara orang beragama di negara ini. Di Indonesia ini. Berkoar-koar mengatakan "bagimu agamamu, bagiku agamaku". Tapi tetap saja ngotot kalau agama dia yang paling benar. Jika ada orang yang tidak sepaham dengan dia, dihujat, dihakimi, dikatain kafir, sesat, dsb. Hellooowwww!!! 

Saya pengen bilang begini, dirumah saya, ada anak berusia 15tahun. Yang sejak usia 12,5 tahun dia ikut saya, saya kasih uang saku 500rb/bulan, saya kasih makan 3x sehari dengan makanan yang sama seperti yang saya makan, saya beliin baju, saya kasih uang saku dan uang pulsa, saya beliin kebutuhan per bulannya, saya ajak jalan/travelling kemana saya pergi, dan saya ajarin baca tulis hitung secara dia cuma sekolah sampe kelas 2 SD. Dan dia beragama muslim. 
Pertanyaan saya, apa saya salah memberikan fasilitas dan semua kebaikan itu kepada dia, secara dia sudah membantu saya menjaga anak saya? 
Atau saya balik, apa dia tergolong muslim yang ga taat/murtad atau keimanannya diragukan karena dia tinggal dan hidup dengan saya yang katanya kafir? 

Bagi saya, hidup itu take and give. Lu baik, gue baik. Lu jahat, sebisa mungkin gue tetap baik. Tapi kalo gue ga tahan, ya balik lagi gue jahatin. As simple as that. 
Saya juga bukan manusia suci, tapi setidaknya saya bukan manusia munafik. Yang ribut soal agama, ribut soal kafir, yahudi, dsb tapi tetap menggunakan hp merk cina, masih pake facebook yang punya orang yahudi, masih pakai mesin cuci, mobil, dll yang nota bene keluaran dr negara or produk kafir. 
Ahh sudahlah, tentu tak pantas ribut soal ini apalagi dengan orang dungu. Karena kedunguan itu sepertinya sudah berurat dan berakar di nadi sehingga akal pikiran tidak mampu berfungsi sebagaimana mestinya. 

Dulu, saya bebas mengucapkan "selamat idul fitri" buat teman saya yang muslim. Sekarang? Jangankan mengucapkan salam tsb, untuk bergaul dengan mereka saja saya takut. Takut salah dalam bersikap. Aahh, rumitnya hidup ini jika untuk urusan hal sekecil itu saja harus sampai takut. Tapi, begitulah adanya. 

- if your religion teach you to hate someone, you need a new religion!    Unknown-